Dia Berubah
Aku mempunyai seorang
teman di kelasku yang baru. Pertama-tama dia yang mulai mendekatiku. Aku sangat
senang mempunyai seorang teman baru. Dia sangat pintar. Selain itu, dia juga
lucu dan enak diajak bicara. Sejak saat itu dia selalu ber sama-sama denganku
ke mana saja, bagaikan sampul lengket dengan prangko.
Hari demi hari
kujalani kehidupanku di kelas dengan sangat bahagia bersama temanku itu. Tetapi
hari berganti hari, penderitaanku yang me nyakitkan hati akan di mulai.
Setelah lama bersama
dengan dia, aku menyadari nya kalau dia ter golong anak yang egois. Dia telah
berubah. Dia benar-benar berubah. Dulu dia baik, tetapi sekarang dia mulai
terlihat sifat buruknya. Memang kuakui kalau dia lebih pintar daripada aku dan
aku bukan tandingannya dalam belajar.
Suatu ketika, guruku
sedang menerang kan pelajaran. Temanku itu tidak mengerti pelajaran yang
diikutinya dan aku pun tidak mema hami nya. Dia bertanya padaku dan aku men
jawab tidak tahu jawabannya karena memang aku tidak tahu. Akan tetapi, betapa
ter kejutnya diriku karena begitu aku menjawab tidak tahu, kata-kata pedas
mulai menyakiti diriku ini. Aku dicaci maki. Aku sudah tidak tahan akan
sikapnya.
Ia selalu mengatakan
kalau aku ini tidak bisa apa-apa. Dengan keberanian ku, aku berbicara jujur dan
terbuka dengan dia. Aku juga bilang kalau aku tidak suka dengan kata-katanya
yang menyakitkan dan sifatnya itu. Aku katakan kalau dia tidak berubah, dia
tidak akan mempunyai banyak teman. Namun, dia malah marah dan meng ejek aku dan
temanku yang lain.
Besoknya, dia tidak
masuk sekolah. Betapa berbahagianya aku ini karena dia tidak masuk sekolah.
Hari demi hari telah terlewati, tidak terasa sudah tiga minggu dia tidak masuk
ke sekolah. Aku mulai khawatir juga. Walau pun aku sedang marah padanya, tetapi
aku juga perlu mendoakan nya agar dia tidak tertimpa apa-apa.
Besoknya, aku
mendengar kabar kalau dia sudah pindah sekolah. Aku pun terkejut. Ketika pulang
sekolah, aku menerima surat dan satu paket bingkisan. Ternyata peng irimnya
adalah temanku itu. Kemudian, aku membaca surat nya. Isi suratnya, dia minta
maaf atas per lakuan nya itu. Aku bersyukur kepada Tuhan karena dia telah
berubah dari perbuatannya itu. Aku pun me maafkan meskipun sampai saat ini aku
belum bertemu dia lagi. Aku berharap suatu hari nanti kita akan menjalin
persahabatan lagi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar