Senin, 11 Juni 2012

INFLASI





I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Inflasi adalah kenaikan tingkat harga barang dan jasa secara umum yang dihitung dalam presentase. Pada saat terjadi inflasi daya beli uang menurun. Deflasi merupakan kebalikan dari inflasi. Deflasi berarti penurunan harga barang dan jasa secara umum. Hal ini dapat menyebabkan kelesuan dalam dunia ekonomi. Sedangkan Indeks Harga Konsumen (IHK) adalah indeks yang memberikan informasi mengenai perkembangan rata-rata perubahan harga sekelompok tetap barang atau jasa yang pada umumnya dikonsumsi oleh rumah tangga dalam suatu kurun waktu tertentu. Perubahan IHK dari waktu ke waktu menggambarkan tingkat kenaikan (inflasi) atau tingkat penurunan (deflasi) harga barang atau jasa kebutuhan rumah tangga sehari-hari. Pada bulan Februari tahu 2005 nilai tukar rupiah bergerak relatif stabil dengan tingkat volalitas yang rendah. Rata-rata selama bulan Februari nilai tukar rupiah mencapai Rp. 9.252 per dollar US$ atau mengalami depresiasi 0,55% dibandingkan bulan sebelumnya. Hal yang menyebabkan terjadinya kenaikan harga kesehatan di bulan februari yaitu pada bulan Januari terjadi kenaikan BBM yang berdampak pada kenaikan harga kesehatan pada bulan Februari yaitu naiknya harga listrik, transportasi dan upah kerja yang berpengaruh dalam menghasilkan produk obat-obatan. Tetapi dengan kenaikan BBM pemerintah telah mengupayakan kebijakan stabilisasi harga pangan terpadu. Kebijakan tersebut antara lain dilakukan melalui peningkatan subsidi bahan pangan dan operasi pasar, serta penurunan tarif impor beberapa komoditi bahan pangan. Tidak hanya kesehatan mengalami kenaikan tetapi bahan makanan juga mengalami kenaikan yang drastis dari bulan 2004 hingga bulan 2008. Hal ini disebabkan karena jumlah penduduk yang semakin meningkat dibandingkan makanan yang tersedia.
Perlunya inflasi dikendalikan rasanya tidak perlu dipertanyakan lagi. Inflasi menggerogoti nilai riil pendapatan menjadikan semua orang, terutama orang miskin, bertambah miskin. Di sisi supply, banyak proyek terancam tidak feasible akibat inflasi yang terlalu tinggi, sehingga investasi tidak jadi dilakukan dan lapangan pekerjaan tidak bertambah. Saat ini, tingkat inflasi di negara tetangga menjadikan tingkat bunga rill terancam negatif yang akan memberikan tekanan pada nilai rupiah terhadap uang asing, khususnya di tengah kabar akan meningkatnya suku bunga Fed Fund di Amerika.
Saat ini inflasi di negara kita lebih banyak dipengaruhi oleh lonjakan harga
minyak bumi di pasar internasional, yang dapat mendorong lebih lanjut biaya
pengadaan sumber energi listrik dan bahan bakar untuk sebagian besar pabrik-pabrik
pengolahan.
Dimasa depan ancaman lonjakan harga minyak bumi masih akan mengancam
inflasi di negara kita. Potensi kelangkaan energi batubara dan gas akan juga terjadi
dan mengakibatkan kenaikkan biaya energi, berikut ini digambarkan pergerakan
harga minyak dunia kuartal 3 : 2007 sampai kuartal 4 : 2008, dan juga respon dari
inflasi.

Dari data terlihat trend peningkatan harga minyak dunia dan diikuti oleh
pergerakan inflasi, Maret 2008 sampai Juni 2008 adalah terjadinya pergerakan harga
minyak tertinggi, dimana harga minyak meningkat tajam dari 104,12 dolar/barells
meningkat menjadi 144,07 dolar/barells yang diikuti oleh pengumuman pemerintah
tentang kenaikan harga BBM sebesar 28,7% pada Jumíat 23 Mei 2008. Harga
premium naik menjadi 6.000 dari 5.500, solar 5.500 dari 4.300, dan minyak tanah
2.500 dari 2.000 per liter. Kenaikan harga BBM ini jelas saja memicu peningkatan
inflasi yaitu dari 8,17% menjadi dua digit yaitu 11,03%. Bahkan walaupun harga
minyak dunia telah mengalami penurunan pada kuartal 3 September 2008, namun
tingkat inflasi masih tetap tinggi yaitu berada dikisaran 12,14%.
Padahal, hal yang sama sudah pernah dilakukan pemerintahan SBY-JK
(Pemerintah pada saat itu) pada tahun 2005 di mana pemerintah kemudian berjanji
untuk tidak menaikkan harga BBM lagi. Sebuah kebijakan yang banyak menuai
protes karena dinilai telah mempermainkan kepiluan nasib masyarakat miskin.
Disamping itu ancaman jangka menengah atas kemungkinan terjadinya inflasi
di beberapa daerah di Indonesia adalah akibat adanya kelangkaan bahan makanan
pokok masyarakat yang timbul akibat paceklik, hama penyakit, dan penurunan
produktivitas padi, kedelai dan kacang-kacangan.
Inflasi pada tingkat yang rendah merupakan perangsang bagi produsen untuk
menambah kapasitas produksinya, tetapi jika terlalu tinggi akan memberikan dampak
negatif atas meningkatnya ketidakpastian dan penurunan daya beli konsumen,
sekaligus potensi penjualan perusahaan.



Selain itu,dalam tulisan ini kami akan menampilkan data inflasi terbaru yang telah kami dapatkan dari


1.3 Permasalahan
Inflasi sebenarya dapat dikendalikan walaupun tidak mudah, Untuk itu perlu dikendalikan faktor-faktor dominan penyebab inflasi yang ditipa-tiap negara bisa sama. Untuk di Indonesia ada beberapa faktor permasalahan inflasi yang menonjol diantaranya :
1. Faktor Moneter (care inflation)
Faktor ini konsisten dengan pendapat begawan ilmu ekonomi moneter Milton Friedman yang mengatakan “inflation is always a monetary phenomenon”. Maka tidak salah bila dalam UU No. 3 tahun 2004, Bank Indonesia(BI) adalah pihak yang diberi bertanggung jawab oleh negara untuk memelihara nilai rupiah, karena BI yang mengendalikan instrumen-instrumen moneter termasuk jumlah uang yang beredar. Walalupn faktor moneter paling dominan pengeruhnya, core inflation selama ini dalah bagian inflasi yang paling mudah dikendalikan. Dari data tahin 2003, deviasi realisasi dari perkiraan core inflation hanya 1,07% dari perkiraan 8% di awal tahun tersebut. Berikut ini adalah tabel perkiraan dan realisasi inflasi tahun 2003 :


2. Perubahan atas administered prices
Yaitu harga barang –barang dan jasa tertentu yang tingkat harganya ditentukan secara sepihak oleh pemerintah, BUMN atau kartel, sepertoi BBM, listrik, telepon, air,SPP sekolah dsb. Dari data BI, tingkat kemelencengan realisasi dari perkiraan untuk tahun 2003 cukup besar yaitu 7,59%, sekaligus menunjukan tipisnya kesadaran, kesepakatan maupun koordinasi para pengambil kebijakan terkait (baiuk swasta maupun pemerintah) dalam pengendalian administered prices ini.
3. Fenomena supply-shock
Fenomena ini sangat mempengarui perekonomian kita, baik dari sisi domestik( seperti kekeringan, gagal panen, dan wabah ternak) maupun internasional (seperti naiknya harag crucle oil, perubahan exchange rate, dan suku bunga internasional). Data BI tahun 2003 deviasi realisasi dari perkiraan food volatile inflation cukup besar, yaitu 7,69% menunjukan sulitnya mengendalikan inflasi di bidang ini. Departemen perdagangan dan perindustrian belum dapat mewujudkan kebijakan distribusi yang efektif untuk menghindari tingginya inflasi bila terjadi krisis pangan. Ketergantungan atas impor minyak bumi juga memperparah inflasi apabila terjadi kenaikan harga minyak dunia. Tiap satu dollar AS kenaikan harga minyak bumi akan berdampak 0,05% pada tingkat inflasi, dan tiap satu persen Rupiah melemah terhadap dollar amerika akan membawa dampak 0,23% pada tingakt inflasi.

1.4 DAMPAK INFLASI

Inflasi memiliki dampak positif dan dampak negatif- tergantung parah atau tidaknya inflasi. Apabila inflasi itu ringan, justru mempunyai pengaruh yang positif dalam arti dapat mendorong perekonomian lebih baik, yaitu meningkatkan pendapatan nasional dan membuat orang bergairah untuk bekerja, menabung dan mengadakan investasi. Sebaliknya, dalam masa inflasi yang parah, yaitu pada saat terjadi inflasi tak terkendali (hiperinflasi), keadaan perekonomian menjadi kacau dan perekonomian dirasakan lesu. Orang menjadi tidak bersemangat kerja, menabung, atau mengadakan investasi dan produksi karena harga meningkat dengan cepat. Para penerima pendapatan tetap seperti pegawai negeri atau karyawan swasta serta kaumburuh juga akan kewalahan menanggung dan mengimbangi harga sehingga hidup mereka menjadi semakin merosot dan terpuruk dari waktu ke waktu.
Bagi masyarakat yang memiliki pendapatan tetap, inflasi sangat merugikan. Kita ambil contoh seorang pensiunan pegawai negeri tahun 1990. Pada tahun 1990, uang pensiunnya cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, namun di tahun 2003 -atau tiga belas tahun kemudian, daya beli uangnya mungkin hanya tinggal setengah. Artinya, uang pensiunnya tidak lagi cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Sebaliknya, orang yang mengandalkan pendapatan berdasarkan keuntungan, seperti misalnya pengusaha, tidak dirugikan dengan adanya inflasi. Begitu juga halnya dengan pegawai yang bekerja di perusahaan dengan gaji mengikuti tingkat inflasi.
Inflasi juga menyebabkan orang enggan untuk menabung karena nilai mata uang semakin menurun. Memang, tabungan menghasilkan bunga, namun jika tingkat inflasi di atas bunga, nilai uang tetap saja menurun. Bila orang enggan menabung, dunia usaha dan investasi akan sulit berkembang. Karena, untuk berkembang dunia usaha membutuhkan dana daribank yang diperoleh dari tabungan masyarakat.
Bagi orang yang meminjam uang dari bank (debitur), inflasi menguntungkan, karena pada saat pembayaran utang kepada kreditur, nilai uang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Sebaliknya, kreditur atau pihak yang meminjamkan uang akan mengalami kerugian karena nilai uang pengembalian lebih rendah jika dibandingkan pada saat peminjaman.
Bagi produsen, inflasi dapat menguntungkan bila pendapatan yang diperoleh lebih tinggi daripada kenaikan biaya produksi. Bila hal ini terjadi, produsen akan terdorong untuk melipatgandakan produksinya (biasanya terjadi pada pengusaha besar). Namun, bila inflasi menyebabkan naiknya biaya produksi hingga pada akhirnya merugikan produsen, maka produsen enggan untuk meneruskan produksinya. Produsen bisa menghentikan produksinya untuk sementara waktu. Bahkan, bila tidak sanggup mengikuti laju inflasi, usaha produsen tersebut mungkin akan bangkrut (biasanya terjadi pada pengusaha kecil).
Secara umum, inflasi dapat mengakibatkan berkurangnya investasi di suatu negara, mendorong kenaikan suku bunga, mendorong penanaman modal yang bersifat spekulatif, kegagalan pelaksanaan pembangunan, ketidakstabilan ekonomi, defisit neraca pembayaran, dan merosotnya tingkat kehidupan dan kesejahteraan masyarakatI

1.5 PEMECAHAN MASALAH

Mengingat pentingnya pengendalian inflasi bagi ekonomi suatu negara, maka sejak tahun 1990-an berbagai negara mulai menerapkan kebijakan Inflation Targeting yang bertujuan untuk membentuk dan mengarahkan ekspektasi masyarakat (inflation expetation) kepada tingkat inflasi yang rendah sebagai target, dan memberikan pedoman kepada para pelaku pasar (baik konsumen maupun produsen) dan para pembuat kebijakan untuk ikut mewujudkan target inflasi ini. Bahkan di Malaysia program ini disertai sosialisasi dan edukasi masyarakat yang sangat rigorous yang disebut Inflation Sifar(Zero Inflation) di awal tahun 1990-an, melalui berbagai media massa. Inti dari program ini yaitu untuk menyadarkan masyarakat bahwa inflasi itu merugikan dan harus diperangi. Disana, masyarakat disadarkan bahwa mencari untung sesaat dengan menaikan harga dan upah pada akhirnya akan membuat perekonomian Malaysia itu tidak kompetitif dan akhirnya merugikan diri mereka sendiri. Salah satu ccontohnya dalam minggu ketiga setiap bulan atau waktu-waktu tertentu, diadakan pesta diskon serentak secara nasional. Tidak heran kini Malaysia merupakan salah satu negara Inflasi terendah dengan harga produk paling kompetitif di Asia.

2.1 Teori Inflasi
Secara garis besar ada 3 (tiga) kelompok teori mengenai inflasi. Ketiga teori itu adalah, Boediono (1982: 169-170):
1.Teori Kuantitas (persamaan pertukaran dari Irving Fisher: MV=PQ)
Teori kuantitas adalah teori yang paling tua mengenai inflasi, namun teori ini masih sangat berguna untuk menerangkan proses inflasi di zaman modern ini, terutama di negara-negara yang sedang berkembang. Teori ini mengatakan bahwa penyebab utama dari inflasi adalah:
a.Pertambahan jumlah uang yang beredar
b.Psikologi (harapan) masyarakat mengenai kenaikan harga-harga (expectations) di masa mendatang.
Tambahan jumlah uang beredar sebesar x% bisa menumbuhkan inflasi kurang dari x%, sama dengan x% atau lebih besar dari x%, tergantung kepada apakah masyarakat tidak mengharapkan harga naik lagi, akan naik tetapi tidak lebih buruk daripada sekarang atau masa-masa lampau, atau akan naik lebih cepat dari sekarang, atau masa-masa lampau.
2.Teori Keynes
Teori Keynes mengatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup di luar batas kemampuan ekonomisnya. Teori ini menyoroti bagaimana perebutan rezeki antara golongan-golongan masyarakat bisa menimbulkan permintaan agregat yang lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia (yaitu, apabila timbul inflationary gap).
Selama inflationary gap tetap ada, selama itu pula proses inflasi berkelanjutan. Teori ini menarik karena:
a.Menyoroti peranan system distribusi pendapatan dalam proses inflasi,
b.Menyarankan hubungan antara inflasi dan faktor-faktor non-ekonomis.
3.Teori strukturalis
Teori strukturalis adalah teori mengenai inflasi yang didasarkan atas pengalaman di negara-negara Amerika Latin. Teori ini memberikan tekanan pada ketegaran (inflexibilities) dari struktur perekonomian negara-negara sedang berkembang. Teori strukturalis adalah teori inflasi jangka panjang. Disebut teori inflasi jangka panjang karena inflasi dikaitkan dengan faktor-faktor structural dari perekonomian.
Menurut teori ini, ada 2 (dua) ketegaran utama dalam perekonomian negara-negara sedang berkembang yang bisa menimbulkan inflasi.
a.Ketegaran yang pertama berupa ³ketidakelastisan´ dari penerimaan ekspor, yaitu
nilai ekspor yang tumbuh secara lamban dibanding dengan pertumbuhan sektor-
sektor lain. Kelambanan ini disebabkan karena :
1)Harga di pasar dunia dari barang-barang ekspor negara tersebut makin tidak
menguntungkan dibanding dengan harga barang-barang impor yang harus
dibayar.
2)Supply atau produksi barang-barang ekspor yang tidak responsive terhadap
kenaikan harga (supply barang-barang ekspor yang tidak elastis). Kelambanan
pertumbuhan ekspor ini berarti kelambanan kemampuan untuk mengimpor
barang-barang yang dibutuhkan untuk konsumsi maupun untuk investasi.
Akibatnya, negara tersebut terpaksa mengambil kebijaksanaan pembangunan
yang menekankan pada penggalakan produksi dalam negeri dari barang yang
sebelumnya diimpor (import substitution strategy).
b.Ketegaran yang kedua berkaitan dengan ketidakelastisan dari supply atau produksi
bahan makanan di dalam negeri.

2.1 Biaya Inflasi
Biaya Inflasi yang diharapkan muncul karena hal-hal sebagai berikut, Putong (2002:
262-263):
1.Shoe leather cost (biaya kulit sepatu) adalah istilah yang menyatakan bahwa bila
inflasi sesuai dengan harapan maka relatif penetapan suku bunga bank akan lebih
besar dari tingkat inflasi.
2.Menu cost (biaya menu), yaitu biaya yang muncul karena perusahaan harus sering
mengubah harga dan itu berarti harus mencetak dan mengedarkan katalog baru.
3.Complaint and opportunity loss cost (biaya komplain dan hilangnya kesempatan).
Bila perusahaan dengan sengaja tidak mau mengganti katalog baru, maka perusahaan
akan mengalami kerugian karena harga akan naik sementara perusahaan menjual
dengan harga lama. Bila tidak sengaja, maka perusahaan akan mendapat komplain
dari pelanggan karena harga tidak sesuai dengan catalog (khusus untuk Negara yang
konsumerismenya relative sangat baik).
4.Biaya perubahan peraturan/undang-undang pajak.
5.Biaya ketidaknyamanan hidup.

Biaya inflasi yang tidak diharapkan:
1.Redistribusi pendapatan antara debitor dengan kreditor.
2.Penurunan nilai uang pensiunan.

1.3 PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaik secara umum dan terus menerus. Kenaikan harga dari satu atau dua barang saja tidak disebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada (atau mengakibatkan kenaikan) sebagian besar dari harga barang-barang lain.Inflasi digolongkan menurut beberapa cara, dapat menurut laju inflasi (ringan, sedang, berat, hiper inflasi), sebab awalnya (demand atau cost inflation), asalnya (domestic atau imported inflation).Ada 3 teori utama mengenai inflasi. Teori Kuantitas menekankan bahwa penyebab utama inflasi adalah pertambanahn jumlah uang beredar dan psikologi masyarakat mengenai kenaikan harga di masa mendatang. Teori Keynes: inflasi terjadi karenan masyarakat hidup diluar batas kemampuan sekonomisnya.. Teori strukturalis: sebab inflasi adalah dari kekakuan struktur ekonomi.
Biaya Inflasi yang diharapkan muncul adalah: Shoe leather cost, Menu cost,Complaint and opportunity loss cost, Biaya perubahan peraturan/undang-undang pajak, danBiaya ketidaknyamanan hidup. Biaya inflasi yang tidak diharapkan: Redistribusi pendapatan antara debitor dengan kreditor dan Penurunan nilai uang pensiunan.Dampak inflasi antara lain engara rentan timbul kekacauan, masyarakat menarik tabungan, bank kekurangan dana dam bangkrut, harga semakin naik, distribusi barang tidak adil, produsen bangkrut, dampak positifnya adalah masyarakats emakinselektif memilih barang,menumbuhkan industri kecil, dan pengangguran berkurang karena banyak wirausahawan.Upaya yang dapat dilakukan untuk mencegah dan mengatasi inflasi adalah yangberkaitan dengan Kebijaksanaan Moneter, Kebijakan Fiskal, Kebijakan yang Berkaitan dengan Output, Kebijaksanaan Penetuan Harga dan Indexing, Sanering, dan Devaluasi.
3.2.Saran
Dengan dua pendekatan (moneterist dan strukturalist ) pada komposisi yang tepat, maka diharapkan bukan saja dalam jangka pendek inflasi dapat dikendalikan, tetapi juga dalam 20 jangka panjang. Dan, bila ada upaya yang serius untuk memperkecil atau bahkan menghilangkan hambatan-hambatan struktural yang ada, maka akan berakibat pada membaiknya fundamental ekonomi Indonesia.

4.DAFTAR PUSTAKA
Sumber :
Prahatma Rahardja dan Mandala Manurung,”Pengantar Ilmu Ekonomi”.FEUI 2002.359-375
http://digilib.its.ac.id/public/ITS-NonDegree-7301-1306030009-bab1.pdf
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/27583/4/Chapter%20I.pdf
http://id.wikipedia.org/wiki/Inflasi
http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/
sumber http://www.bi.go.id/web/id/Moneter/Inflasi/Data+Inflasi/

Selasa, 05 Juni 2012

Gyka Kastanya blog's

Makalah teori organisasi umum (softskill)
 




NAMA KELOMPOK :
FAUZIAH KHOIRUN NISA 12110658
GYKA KASTANYA 13110065
RATIH HANIZAR 15110657
SELVI CHRISNAWATI 16110436

KELAS : 2KA 25
DOSEN : MARTANI

 
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Banyak sekali orang-orang yang menganggur di Negara kita, bukan karena mereka tidak biasa bekerja melainkan karena pendidikan dan pengetahuan yang kurang. Seharusnya pada usia 15 tahun adalah usia kerja, malah banyak yang tidak bekerja (menganggur). Untuk itu kami menulis makalah ini agar mengetahui penyebab dan masalah-masalah yang terjadi yang mengakibatkan banyak terjadi pengangguran di Negara kita. Apa saja factor penyebab pengangguran, dampak pengangguran, dan contoh-contoh permasalahan pengangguran.

PENGERTIAN PENGANGGURAN

Pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, bekerja kurang dari dua hari selama seminggu, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan yang layak. Pengangguran umumnya disebabkan karena jumlah angkatan kerja atau para pencari kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan kerja yang ada yang mampu menyerapnya. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menyebabkan timbulnya kemiskinan dan masalah-masalah sosial lainnya.
Tingkat pengangguran dapat dihitung dengan cara membandingkan jumlah pengangguran dengan jumlah angkatan kerja yang dinyatakan dalam persen. Ketiadaan pendapatan menyebabkan penganggur harus mengurangi pengeluaran konsumsinya yang menyebabkan menurunnya tingkat kemakmuran dan kesejahteraan.Pengangguran yang berkepanjangan juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk terhadap penganggur dan keluarganya.Tingkat pengangguran yang terlalu tinggi juga dapat menyebabkan kekacauan politik keamanan dan sosial sehingga mengganggu pertumbuhan dan pembangunan ekonomi.Akibat jangka panjang adalah menurunnya GNP dan pendapatan per kapita suatu negara.Di negara-negara berkembang seperti Indonesia, dikenal istilah "pengangguran terselubung" di mana pekerjaan yang semestinya bisa dilakukan dengan tenaga kerja sedikit, dilakukan oleh lebih banyak orang.

DASAR UTAMA KLASIFIKASI PENGANGGURAN

Dasar utama klasifikasi pengangguran dibagi 2 yaitu :
1. Pendekatan angkatan kerja (labour force approach)

Pendekatan ini mendefinisikan pengangguran sebagai angkatan kerja yang tidak bekerja, perhitungan tingkat pengangguran dalam table 19.8 menggunakan definisi ini.
2. Pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labour utilization approach)
Dalam pendekatan ini, angkatan kerja dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu :
a. Menganggur (unemployed), yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan. Kelompok ini sering disebut juga pengangguran terbuka (open unemployed). Berdasarkan definisi ini, tinfkat pengangguran di Indonesia umumnya relative rendah, yaitu 3%-5% pertahun.
b. Setengah menganggur (underemployed), yaitu mereka yang bekerja,tetapi beluim dimanfaatkan secara penuh. Artinya jam kerja mereka dalam seminggu kurang dari 35 jam. Berdasarkan definisi ini tingkat pengangguran di Indonesia relative tinggi, karena angkanya berkisar 35% pertahun.
c. Bekerja penuh (employed), yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu.


JENIS-JENIS PENGANGGURAN

Dalam studi ekonomi makro yang lebih lanjut, pembahasan masalah pengangguran akan dilakukan lebih spesifik dan cermat. Misalnya, akan dibahas apakah pengangguran yang terjadi merupakan pengangguran sukarela atau pengangguran dukalara. Pengangguran sukarela yaitu bersifat sementara, karena seeseorang ingin mencari pekerjaan yang lebih baik atau lebih cocok dan penganggurn dukalara yaitu pengangguran yang terpaksa diterima seseorang walaupun sebenarnya dia masih ingin bekerja, kedua pengangguran tersebut erat kaitannya dengan jenis-jenis pengangguran berikut ini :
1. Pengangguran friksional
Apabila dalam periode tertentu perekonomian terus-menerus mengalami perkembangan yang pesat, jumlah dan tingkat pengangguran akan menjadi semakin rendah. Pada akhirnya perekonomian dapat mencapai tingkat penggunaan tenaga kerja penuh, yaitu apabila pengangguran normal atau pengganguran mencari.Pengangguran jenis ini bersifat sementara dan terjadi karena adanya kesenjangan antara pencari kerja dengan lowongan kerja. Kesenjangan ini dapat berupa kesenjangan waktu,informasi dll.
Pengangguran friksional bukanlah wujud sebagai akibat dari ketidakmampuan memperoleh pekerjaan, melainkan sebagai akibat dari yang lebih baik itu adalakalanya mereka harus menganggur namun hanya bersifat sementara.

2. Pengangguran structural
Dikatakan pengangguran structural karena sifatnya yang mendasar.Pencari kerja mampu memenuhi persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. Hal ini terjadi dalam produksi dana atau teknologi produksi yang digunakan, menuntut persyaratan tenaga kerja yang juga makin tinggi, misalnya tenaga kerja yang dibutuhkan untuk industry kimia menuntut persyaratan yang relative berat yaitu pendidikan minimal sarjana muda (D3), mampu menggunakan computer dan menguasai bahasa inggris dengan makin besarnya peranan mekanisme pasar yang semakin mengglobal maka toleransi terhadap kekurang persyaratan tidak ada lagi, jika tetap terjadi kekurangan dapat diatasi dengan mendatangkan tenaga kerja asing.
Dilihat dari sifatnya pengangguran structural lebih sulit diatasi dibandingkan dengan pengangguran friksional karena membutuhkan pendanaan yang besar dan waktu yang lama.
1. Pengangguran siklis
Pengangguran siklis yaitu pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan dalam tingkat perekonomian, pada waktu kegiatan ekonomimengalami kemunduran, perusahan-perusahan harus mengurangi kegiatan memproduksi. Dalam pelaksanaanya berarti jam kerja dikurangi, sebagian mesin tidak digunakan dan sebagian tenaga kerja diberhentikan dengan demikian kemunduran ekonomi akan menaikan jumlah dan tingkat pengangguran.
Tenaga kerja akan terus bertambah sebagai akibat pertambahan penduduk. Apabila kemunduran ekonomi terus berlangsung sehingga tidak akan menjadi bertambah serius. Berarti diperlukan kebijakan-kebijakan ekonomi guna meningkatkan kegiatan ekonomi dan harus diusahakan pasar tenaga kerja.
2. Pengangguran musiman
Pengangguran ini berkaitan erat dengan fluktuasi kegiatan ekonomi jangka pendek, terutama terjadi disektor pertanian. Misalnya diluar musim tanam dan panen, petani umumnya menganggur sampai menunggu musim tanam dan panen berikutnya

1.2 RUMUSAN MASALAH

1. Pada usia berapa manusia harus bekerja dan tidak bekerja?
2. Apa dampak pengaruhnya biaya social dari pengangguran?
3. Masalah pengangguran di Indonesia

1.3 TUJUAN PENULISAN

1. Mengetahui arti dari pengangguran
2. Mengetahui usia pekerja dan non pekerja
3. Mengetahui macam-macam klasifikasi pengangguran
4. Mengetahui jenis- jenis pengangguran
5. Mengetahui semua dampak biaya social dari pengangguran
6. Mengaetahui masalah pengangguran di sekitar



Pada diagram diatas terlihat bahawa jumlah penduduk suatu Negara dapat dibedakan menjadi penduduk usia kerja (15-64 tshun) dan bukan usia kerja adalah anak-anak dan manusia lanjut usia. Dari jumlah penduduk usia kerja, yang masuk angkatan kerja adalah mereka yang mencari kerja atau bekerja. Lebih lanjut lagi terlihat, tidak semua angkatan kerja memperoleh lapangan kerja, mereka inilah disebut pengangguran. Table dibawah ini akan memberikan data-data komposisi penduduk Indonesia 




 
2.2  BIAYA SOCIAL DARI PENGANGGURAN

sama halnya dengan inflasi, pengangguran juga akan menimbulkan dampak negative jika sifat pengangguran sudah sangat structural dan kronis.
1.     Terganggunya stabilitas perekonomian
Pengangguran strukutral akan menggangu stabilitas perekonomian dilihat dari sisi permintaan dan penawaran agregat.
a.      Melemahnya permintaaan agregat
Untuk dapat bertahan hidup manusia harus berkerja sebab dengan bekerja dia akan memperoleh penghasilan yang digunakan untuk belanja barang dan jasa, jika tingkat pengangguran tinggi dan bersifat structural maka daya beli akan menurun yang pada gilirannya menimbulkan penurunan permintaan agrerat.
b.      Melemahnya penawaran agregat
Tingginya tingkat pengangguranakan menurunkan penawaran agregat, bila dilihat dari peranan tenaga kerja yang digunakan, makin sedikit tenaga kerja yang digunakan makin kecil penawaran agrerat. Dampak pengangguran terhadap penawaran agrerat makin terasa dalam jangka panjang. Makin lama seseorang menganggur, keterampilan,produktivitas maupun etika kerjanya akan mengalami penurunan.
Mungkin argument diatas dpaat dibantah dengan mengatakan bahwa dalam perkonomian modern, tenaga kerja dapat digantikan dengan barang modal. Bahkan penggunaan barang modal yang makin intensif akan meningkatkan efisiensi, diukur dari biaya produksi per unit yang makin rendah. Dengan harga jual yang makin rendah, tentu permintaan akan meningkat.
Melemahnya permintaan dan penawaran agregat jelas akan mengancam stabilitas perekonomian. Hal ini telah berkali-kali terbukti dalam sejarah perkeonomian dunia.Miaslanya depresi besar (1929-1933), oleh para ekonomi diakui disebabkan oleh melemahnya permintaan agregat. Krisis ekonomi asia timur(1998), termasuk yang dialami Indonesia, meurut bank dunia (1999) maupun IMF (1998) dapat dijelaskan dalam konteks iteraksi melemahnya permintaan dan penawaran agregat.
1.     Terganggunya stabilitas social politik
Saat ini pengangguran bukan hanya masalah ekonomi, melainkan juga masalah social politik.Sebab dampak social dari pengangguran sudah jauh lebih besar dari masa-masa sebelumnya. Pengangguran yang tinggi akan meningkatkan kriminalitas,baik berupa kejahatan pencurian,perampokan,penyalahgunaan obat-obatan terlarang maupun kegiatan ekonomi illegal lainnya. Biaya ekonomi akan dikeluarkan untuk mengatasi masalah-masalah soial ini sangat besar dan susah diukur tingkat efisiensi dan efektifitasnya.
2.3 CONTOH MASALAH PENGANGGURAN
Jumlah pengangguran teruss bertambah dari sekitar 4,5 juta orang atau 5% pada 1997 (menjelang krisis ekonomi), menjadi sekitar 6,5 juta orang atau 7% pada 2000, dan 9,5 juta orang atau 9,5% pada 2003. Demikian juga jumlah setengah pengangguran meningkat dari 29 juta orang pada 1997 menjadi sekitar 31 juta orang pada 2000-2003.
Indicator makro ekonomi dalam tiga tahun terakhir ini memang berangsur-angsur baik dalam bentuk laju inflasi dan tingkat bunga yang relative rendah. Namun, indicator makro tersebut belum mampu mendongkrak sector rill,kesempatan kerja di sector formal justru berkurang dari sekitar 31,5 juta dalam tahun2000 menjadi hanya sekitar 27,5 juta dalam tahun 2003. Artinya, dalam tiga tahun sekitar 4 juta pekerja tergusur dari sector formal.Sebagian dari pekerja tergusur tersebut membanjiri sector informasi yang tidak produktif dan sebagian lagi menambah barisan penganggur.Demikian juga angkatan kerja baru sangat minim terserap disektor formal. Setelah tidak tahan menganggur terlalu lama, s ebagian mengambil kesempatan kerja apa saja yang tersedia disektotr informal.
Penyebab utama masalah berat tersebut adalah pengambilan kebijakan sejak pemerintahan orde baru hingga sekarang ini yang terlalu percaya pada trickle sown effect. Mereka beranggapan, dengan mendorong pertumbuhan ekonomi, masalah pengangguran dan kemiskinan akan otomatis teratasi, tetapi mereka tidak menyadari struktur perekomian yang dominan sector informal, hambatan-hambatan birokrasi dan kekakuan pasar. Misalnya, walaupun tingkat bunga pada skala makro dibawah 10%, namun hampir tidak ada bank perkreditan rakyat (BPR) yang mengenakan bunga pinjaman dibawah 25%.Demikian juga para keluarga petani dan keluarga miskin, tetap sangat sulit memperoleh kredit karena mereka pada umumnya tidak paham memberikan agunan dan mengisi formulir perjanjian meminjam uang.
Dengan demikian pemerintah baru terutama selama 100 hari pertama kja cabinet, perlu memprioritaskan penanggulangan pengangguran dan setengah pengangguran yaitu antara lain :
1.      Mengembangkan usaha mandiri dan usaha kecil, termasuk usaha-usaha keluarga dan kerajinan rakyat. Usaha-usaha menengah dan besar sudah dapat dipersilakan memanfaatkan kemudahan indicator makro yang sudah relative baik.
2.      Untuk mendorong pengembangan usaha mandiri, usaha kecil dan usaha keluarga perlu menyalurkan dana melalui bank seperti BPR dengan tingkat bunga dibawah 15% per tahun.
3.      Untuk membantu usaha keluarga miskin, perlu menyediakan dana pinjaman dengan tingkat bunga cukup menutupi biaya administrasi bank, misalnya 7% yang dapat diperoleh tanpa agunan.
4.      Bantuan kepada keluarga miskin seperti beras untuk si miskin sedapat mungkin diganti menjadi penciptaan kesempatan kerja.
5.      Sejumlah dana bergulir disediakaan dan disalurkan untuk usaha-usaha keluarga disektor informal sehingga dapat menambah penghasilan mereka.
6.      Mulai tahun kedua,dikembangkan program latihan kwirausahaan terutama bagi para lulusan SLTP dan SLTA yang tidak melanjutkan sekolahm sehingga mampu bekerja mandiri.


PENUTUP
3.1      KESIMPULAN
            pengangguran atau tuna karya adalah istilah untuk orang yang tidak bekerja sama sekali
Dasar utama klasifikasi pengangguran
1. pendekatan angkatan kerja (labour force approach)
2. pendekatan pemanfaatan tenaga kerja (labour utilization approach)
    dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:
   a. menganggur (unemployed) yaitu mereka yang sama sekali tidak bekerja atau sedang   mencari pekerjaan
   b. setengah menganggur (underemployed) yaitu mereka yang bekerja tetapi belum dimanfaatkan secara penuh
   c. bekerja penuh (employed), yaitu orang-orang yang bekerja penuh atau jam kerjanya mencapai 35 jam per minggu
jenis-jenis pengangguran
1. pengangguran friksional yaitu peengangguran namun hanya bersifat sementara saja
2. pengangguran structural yaitu pengangguran karena adanya persyaratan yang dibutuhkan untuk lowongan pekerjaan yang tersedia. misalnya harus mempunyai keahlian khusus
3. pengangguran siklis yaitu pengangguran yang diakibatkan oleh perubahan dalam tingkat perekonomian. misalnya perusahan harus mengurangi kegiatan memproduksi, berarti jam kerja dikurangi, sebagian mesin tidak digunakan sehingga tenaga kerja diberhentikan
4. pengangguran musiman yaitu pengangguran yang berkaitan erat dengan ekonomi jangka pendek. misalnya petani yang menganggur menunggu musim tanam dan panen berikutnya

3.2       SARAN
            Saran kami adalah seharusnya pemerintah harus memikirkan tingkat pengangguran dan perekonomian yang ada di Indonesia. Memikirkan bagaimana menyelesaikan tingkat pengangguran dan mencari solusinya. Sebenarnya menurut pandangan kami Indonesia sangatlah kaya akan sumber dayanya, akan tetapi semua itu dimanfaatkan oleh manusia yang serakah, yang mementingkan diri sendiri yang memperkaya dirinya sehingga manusia yang berada di bawah menjadi korban, sehingga banyak sekali yang miskin. Sehingga banyak manusia yang tidak bekerja yaitu satu tidak mempunyai uang. Yaitu sebagai contoh kasus, manusia yang tidak mempunyai uang pasti tidak akan bisa sekolah, karena anda tau sendiri sekolah sekarang biaya mahal. Sehingga pengetahuan yang dimiliki berkurang, sehingga dia tidak mempunyai keterampilan atau keahlian dan pendidikan yang seharusnya dia terima. Sehingga perusahaan tidak akan mungkin menerima (pengangguran structural). Untuk itu pemerintah sangat diperlukan sekali untuk membantu rakyat miskin. Yaitu beri pendidikan gratis yang layak pada umumnya, membuka lapangan pekerjaan. Pekerjaan apa saja asalkan semuanya adalah halal. Sehingga tingkat pengangguran berkurang, dan penderitaan rakyat miskin sedikit terobati.

DAFTAR PUSTAKA

1.      Prahatma Rahardja dan Mandala Manurung,”Pengantar Ilmu Ekonomi”
3.      Artikel diambil dari prof Dr payaman J simanjuntak, “pemerintahan baru isu-ketenagakerjaan yang mendesak”, media Indonesia online. 20 oktober 2004