Senin, 07 November 2011

tugas teori organisasi umu (KONFLIK ORGANISASI)


KONFLIK ORGANISASI ?


Konflik berasal dari kata kerja latin configere yang berarti saling memukul. Secara sosiologis, konflik diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik dilatarbelakangi oleh perbedaan ciri-ciri yang dibawa individu dalam suatu interaksi. perbedaan-perbedaan tersebut diantaranya adalah menyangkut ciri fisik, kepandaian, pengetahuan, adat istiadat, keyakinan, dan lain sebagainya. Dengan dibawasertanya ciri-ciri individual dalam interaksi sosial, konflik merupakan situasi yang wajar dalam setiap masyarakat dan tidak satu masyarakat pun yang tidak pernah mengalami konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya, konflik hanya akan hilang bersamaan dengan hilangnya masyarakat itu sendiri. Konflik bertentangan dengan integrasi. Konflik dan Integrasi berjalan sebagai sebuah siklus di masyarakat. Konflik yang terkontrol akan menghasilkan integrasi. sebaliknya, integrasi yang tidak sempurna dapat menciptakan konflik.
  Pengertian Konflik Organisasi
Menurut Baden Eunson (Conflict Management, 2007,diadaptasi), terdapat beragam jenis konflik:
a)      Konflik vertikal yang terjadi antara tingkat hirarki,seperti antara manajemen puncak dan manajemen menengah, manajemen menengah dan penyelia, dan penyelia dan subordinasi. Bentuk konflik bisa berupa bagaimana mengalokasi sumberdaya secara optimum, mendeskripsikan tujuan, pencapaian kinerja organisasi, manajemen kompensasi dan karir.
b)      Konflik Horisontal, yang terjadi di antara orang-orang yang bekerja pada tingkat hirarki yang sama di dalam perusahaan. Contoh bentuk konflik ini adalah tentang perumusan tujuan yang tidak cocok, tentang alokasi dan efisiensi penggunaan sumberdaya, dan pemasaran.
c)      Konflik di antara staf lini, yang terjadi di antara orang-orang yang memiliki tugas berbeda. Misalnya antara divisi pembelian bahan baku dan divisi keuangan. Divisi pembelian mengganggap akan efektif apabila bahan baku dibeli dalam jumlah besar dibanding sedikit-sedikit tetapi makan waktu berulang-ulang. Sementara divisi keuangan menghendaki jumlah yang lebih kecil karena terbatasnya anggaran. Misal lainnya antara divisi produksi dan divisi pemasaran. Divisi pemasaran membutuhkan produk yang beragam sesuai permintaan pasar. Sementara divisi produksi hanya mampu memproduksi jumlah produksi secara terbatas karena langkanya sumberdaya manusia yang akhli dan teknologi yang tepat.
d)     Konflik peran berupa kesalahpahaman tentang apa yang seharusnya dikerjakan oleh seseorang. Konflik bisa terjadi antarkaryawan karena tidak lengkapnya uraian pekerjaan, pihak karyawan memiliki lebih dari seorang manajer, dan sistem koordinasi yang tidak jelas.
JENIS-JENIS KONFLIK
Menurut DAHRENDORF, konflik dibedakan menjadi 4 macam :
  • Konflik antara atau dalam peran social (intrapribadi), misalnya antara peranan-peranan dalam keluarga atau profesi (konflik peran (role))
  • Konflik antara kelompok-kelompok sosial (antar keluarga, antar gank).
  • Konflik kelompok terorganisir dan tidak terorganisir (polisi melawan massa).
  • Koonflik antar satuan nasional (kampanye, perang saudara)
  • Konflik antar atau tidak antar agama
  • Konflik antar politik.
AKIBAT KONFLIK
Hasil dari sebuah konflik adalah sebagai berikut :
  • meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain.
  • keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai.
  • perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci, saling curiga dll.
  • kerusakan harta benda dan hilangnya jiwa manusia.
  • dominasi bahkan penaklukan salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
Para pakar teori telah mengklaim bahwa pihak-pihak yang berkonflik dapat memghasilkan respon terhadap konflik menurut sebuah skema dua-dimensi; pengertian terhadap hasil tujuan kita dan pengertian terhadap hasil tujuan pihak lainnya. Skema ini akan menghasilkan hipotesa sebagai berikut:
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk mencari jalan keluar yang terbaik.
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil kita sendiri hanya akan menghasilkan percobaan untuk "memenangkan" konflik.
  • Pengertian yang tinggi untuk hasil pihak lain hanya akan menghasilkan percobaan yang memberikan "kemenangan" konflik bagi pihak tersebut.
  • Tiada pengertian untuk kedua belah pihak akan menghasilkan percobaan untuk menghindari konflik
Faktor – faktor Penyebab Konflik
·                   Perbedaan Antarindividu
Yang dimaksud adalah setiap manusia memiliki pendirian dan perasaan yang berbeda satu dengan yang lainnya. Sebagai contoh : Si A merasa demi suasana belajar kondusif kondisi di kelas haruslah tenang sementara Si B berpendapat belajar sambil bernyanyi adalah sesuatu yang menyenangkan dan membantu, hal seperti itu akan menimbulkan rasa amarah dan berlanjut ke kebencian dan akhirnya akan timbul rasa untuk saling menghancurkan.
·                 Perbedaan Kebudayaan
Yang dimaksud adalah kepribadian seseorang sedikit banyak dibentuk oleh kelompoknya.   Sebagai contoh seorang anak yang di besarkan di daerah yang menjunjung tinggi rasa kesopanan ketika bertemu dan berbincang dengan orang lain. Dan sebaliknya seorang anak yang dibesarkan dalam lingkungan masyarakat yang tidak memperdulikan dan menjunjung nilai kesopanan ketika bertemu orang lain cenderung lebih mengabaikannya .
·                  Perbedaan Kepentingan
Yang dimaksud adalah perbedaan antarindividu maupun kelompok merupakan faktor lain penyebab konflik atau pertentangan. Sebagai contoh hubungan antara pemerintah daerah ( PEMDA ) dan pengusaha tertentu. Pejabat PEMDA memanfaatkan hal tersebut digunakan sebagai untuk menambah kekeyann sendiri sedangkan si pengusaha menganggap hubungan tersebut sebagai proyek yang dapat menguntungkan dirinya.
·                Perubahan Sosial
Yang dimaksud adalah sekelompok manusia yang terus berubah seiring dengan perkembangan kebutuhan dan pengetahuannya. Sebagai contoh konflik antar kaum muda dengan kaum tua, biasanya kaum muda cenderung ingin merombak pola perilaku atau tradisi masyarakatnya, sedangkan kaum tua tetap ingin mempertahankan pola perilaku dan tradisi leluhurnya.

                  http://id.wikipedia.org/wiki/Konflik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar