Senin, 13 Juni 2011

TUGAS ILMU BUDAYA DASAR (nilai ekstrinsik dan intrinsik)


NILAI EKSTRINSIK DAN INTRINSIK


Pengertian ekstrinsik adalah sifat baik dari suatu benda sebagai alat atau sarana untuk sesuatu hal lainnya (“instrumental! Contributory value”), yakni nilai yang bersifat sebagai alat atau membantu.

Contohnya : puisi, bentuk puisi yang terdiri dari bahasa, diksi, baris, sajak, irama, itu disebut nilai ekstrinsik

Pengertian intrinsic adalah sifat baik dari benda yang bersangkutan, atau sebagai suatu tujuan, ataupun demi kepentingan benda itu sendiri.

Contohnya : pesan puisi yang ingin disampaikan kepada pembaca melalui (alat benda) puisi itu disebut nilai intrinsik .

Nilai keindahan instrinsik adalah nilai bentuk seni yang dapat diindera dengan mata, telinga atau keduanya. Nilai bentuk ini kadang juga disebut nilai struktur yaitu bagaimana cara menyusun nilai-nilai ekstrinsiknya atau bahannya berupa rangkaian peristiwa. Semuanya disusun begitu rupa sehingga menjadi sebuah bentuk yang berstruktur dan dinamai nilai instrinsik. Cara menyusun bentuk tadi melahirkan sebuah cerita. Kumpulan peristiwa yang sama oleh dua orang penulis mungkin saja disusun berdasarkan urutan atau struktur yang berbeda, sehingga nilai seninya juga berbeda. Cara menyusun yang berbeda ini menentukan arti ekstrinsiknya atau isi seni.
Cara kerja yang demikian itulah yang menyebabkan setiap seniman dapat menciptakan karya seni yang secara instrinsik berbeda-beda berdasarkan pengolahan ekstrinsiknya. Inilah pula yang menyebabkan keindahan karya seni bukan melulu keindahan bentuk atau instrinsiknya, tetapi juga menyangkut nilai ekstrinsiknya misalnya cara menggambar daun jatuh oleh dua penyair dapat menghasilkan dua keindahan yang berbeda. Ini disebabkan oleh karena cara instrinsik atau cara melukiskan jatuhnya daun tadi berbeda berdasarkan visi atau pandangan penyair terhadap bahannya, yakni jatuhnya daun.
Karya seni tetap harus mengandung keindahan dalam pengertian menyenangkan inderawi dan menggembirakan batin seperti pemandangan alam. Hanya saja dalam karya seni masih ditambah dengan penyampaian makna. Pemandangan tak berkata apa-apa atau tidak menyampaikan pesan apa-apa, tetapi setiap karya seni selalu menyampaikan sesuatu. Dan, aspek sesuatu atau bahan atau isi seni tidaklah yang menyebabkan lahirnya perdebatan mengenai indah atau tidaknya karya seni.
Tetapi, adakah karya seni yang tidak indah ? misalnya lukisan mayat, sampah, daging tersayat, kematian, kengerian. Itu hanya objek ekstrinsiknya belaka, sebagai objek tentu saja kaki berkoreng itu tidak indah, malah menjinjikan atau menakutkan, mendatangkan teror. Tetapi cara pandang pelukis atau penyair terhadap kaki berkoreng tadi dapat indah dengan caranya menyusun bentuk strukturnya. Cara menggambarkan kaki berkoreng tadi menyampaikan suatu makna, pesan, maksud, pandangan tentang hidup ini sehingga hasil gambarannya tadi menjadi indah dalam arti menggembirakan batin. Suatu lukisan yang penuh teror, kekasaran dan kekacauan dapat tampak indah karena teror yang digambarkan tadi menyampaikan isi atau makna yang menggembirakan aspek intelektual kita, misalnya.
Jadi setiap karya seni tentu mengandung keindahan. Dan keindahan tidak selalu harus senada dengan keindahan pemandangan alam yang halus, halus, menentramkan, indah tidak harus lembut, halus, teratur, seimbang. Indah juga terwujud dalam bentuk kasar, keras, kacau dan tak seimbang atau tak harmonis, asal membawakan suatu makna. Makna ekstrinsik itulah yang menyebabkan sebuah karya seni dikatakan indah, menyenangkan inderawi dan menggembirakan batin. Bentuk kasar penuh teror yang kacau tadi terwujud karena tuntutan ungkapan ekstrinsiknya. Tuntutan ini seni atau bahan seni (yang berhubungan dengan pandangan seniman) itulah yang melahirkan bentuk yang tidak indah. Jelaslah bahwa keindahan seni berhubungan dengan unsur ekstrinsik dan instrinsik sekaligus. Keduanya dapat dibedakan tetapi tak mungkin dipisahkan. Dalam membicarakan unsur ekstrinsik, kita juga berbicara tentang unsur intrinsiknya dan sebaliknya (Jacob Sumardjo. 2000 ; 155 – 157).

Demikian banyaknya hasil seni budaya dengan menggunakan pendekatan ekstrinsik dan pendekatan intrinsik melalui proses penghayatan kita dapat mengetahui alasan mereka atau seniman menciptakan keindahan melalui hasil seni. Kalau Bagong Kussudiarjo ditanya mengapa ia menciptakan berbagai kreasi tarian baru yang menggambarkan kehidupan nelayan, petani, buruh pabrik, tentu ada berbagai macam jawaban mungkin ia ingin mengabadikan kegiatan masing-masing pekerjaan itu pada zamannya. Karena kelak apabila teknologi maju memasuki wilayah itu kegiatan mereka itu akan lain bentuknya. Atau mungkin ia ingin menunjukkan kepada masyarakat bahwa keindahan itu tidak hanya dapat di kota-kota saja, dan yang menggemari keindahan itu bukan hanya para cendikiawan saja, tetapi di masyarakat, nelayan, buruh pabrik dan petani yang setiap hari berjuang demi sesuap nasi-pun merindukan keindahan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar